Mata kuliah ini merupakan bagian dari program Desain Interior, FSRD UNTAR. Blog ini merupakan medium bagi mahasiswa/i dan dosen (serta asisten dosen, jika ada) untuk berinteraksi/berdiskusi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan mata kuliah Sejarah Seni Rupa Indonesia II.
Mohon perhatikan bahwa blog ini HANYA UNTUK KEPERLUAN KULIAH. Tidak diperkenankan untuk membicarakan hal-hal di luar materi kuliah dalam blog ini.
Rabu, 13 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
12 komentar:
ok... thx pak...
Pak saya mau acc tugas 1 SSRI1
http://www.melayuonline.com/image/artikel/moi-indie-04.jpg
keterangan:
1. lukisan ini diambil pada saat penjajahan Belanda.
2. kesan tentang perempuan Hindia-Belanda yang sensual nampak dalam gambar perempuan Jawa yang berdada montok, rambut di sanggul dan memakai kemben.
3. Begitu pula, sensualitas perempuan Bali yang pernah dijuluki sebagai "Pulau Dada Telanjang", nampak begitu nyata melalui ke empat perempuan Bali dengan kain yang melilit sebatas perut, bertelanjang dada, dan sedang menyunggi tampah.
4. Dapat kita ketahui, lukisan tersebut merupakan hasil produk dari kolonialisme.
http://www.galeri-nasional.or.id/galeri-nasional/data/upimages/S_Sudjojono.gif
keterangan:
ukisan itu di lukis oleh S. SUDJOJONO ( 1913-1986)
1.lukisan karnaval perayaan keagamaan Cina ( Tjap Go Meh, 1940) menghadirkan suasana hiruk pikuk muncul nuansa ironi.
2. setting sosial tahun pembuatan karya ini adalah pada masa depresi ekonomi, tekanan pemerintah kolonial yang makin keras pada para nasionalis, dan euphoria menjelang kedatangan Jepang.
3. Pada latar depan, terlihat seorang wanita dalam tarian dan gandengan seorang bertopeng, diapit oleh seorang ambtenar yang berdasi dan seorang pemusik bertopeng buaya. Di sisi lain ada seorang kerdil yang berdiri tegak temangu-mangu, sedangkan di latar belakang berombak masa yang berarak dan menari dalam kegembiraan. Deformasi orang-orang dalam arakan dan warna-warnanya yang kuat, mendukung seluruh ekspresi yang absurd itu.
4. Sudjojono ingin membawa seni lukis Indonesia pada kesadaran tentang realitas sosial yang dihadapi bangsa dalam penjajahan.
Pak, gimana acc nya?
jawaban acc saya dikirim ke email saya (babe_quet@yahoo.com)
Nama: Melinda A.
Nim: 615070099
Kelas: B
pak, saya melinda. Jawaban acc saya tentang Mooi Indie bisa di kirim ke alamat blog saya :
http://babe-quet.blogspot.com/
thx pak..
Tugas II
Sejarah Seni Rupa Indonesia II
Karya Seniman Barat di Bali pada masa Kolonial
Lukisan “ Rejang Dance “ Karya Theo Meier
dan
Lukisan “ The Temptation Of Arjuna “ Karya Rudolf Bonnet
Dosen : Mohammad Nanda Widyarta
Disusun oleh :
Vera Agustine
615060076
Semester V
Kelas B
Universitas Tarumanagara
Jakarta
2008 / 2009
“ Rejang Dance “
Karya Theo Meier
Sumber : http://www.museumneka.com/ColDetails.asp?keywords2=Theo+Meier&keywords=painting+title&Submit=Search&ID=92
Deskripsi :
- merupakan karya dari Theo Meier
- dibuat dengan teknik oil on canvas
- berukuran 112 x 132 cm
- dibuat pada tahun 1972
- tari rejang merupakan tarian upacara untuk dewi - dewi yang dilakukan oleh wanita - wanita yang masih "suci", biasanya adalah wanita yang belum puber atau wanita yg sudah tua ( tidak mengalami menstruasi lagi )
- di beberapa desa di Kabupaten Karangasem, sebelah timur Bali, penari – penarinya memakai mahkota indah yang terbuat dari dedaunan dan bunga – bungaan seperti yang digunakan di daerah Polynesia
- hal ini menunjukan sisi pasific oceanic dari bali yang selamat dari pengaruh India
- warna – warna cerah yang digunakan menunjukan cuaca yang tropis
- terlihat pada gambar, terdapat semacam dupa berasap dipegang oleh pemuka agama
- pergerakan Mooie Indie cenderung lambat dan berulang - ulang, tetapi kesederhanaannya justru menjadi daya tarik tersendiri
- karakter Theo Meier tercermin dalam lukisan ini, yaitu seperti cat yang memiliki banyak warna
Sumber :
http://www.museumneka.com/Result.asp?keywords2=Theo+Meier&keywords=painting+title&Submit=Search
http://www.theomeier.com/
“ The Temptation Of Arjuna “
Karya Rudolf Bonnet
Sumber : http://www.museumneka.com/ColDetails.asp?keywords2=Rudolf+Bonnet&keywords=painting+title&Submit=Search&ID=81
Deskripsi :
- merupakan karya dari Rudolf Bonnet
- dibuat dengan teknik pastel on paper
- berukuran 88 x 74 cm
- dibuat pada tahun 1953
- Arjuna Wiwaha ( pernikahan Arjuna ), berdasarkan cerita Hindu dari kisah Mahabarata yang ditulis pada abad ke-11 di Jawa Timur
- pada kisah tersebut diceritakan bahwa Arjuna sang pahlawan mencari pertolongan untuk mengalahkan musuhnya
- Tuhan (atau dewa) mengirim 7 bidadari untuk menggodanya
- tetapi Arjuna tetap tegar dan begitu pula di ujian selanjutnya karena ketulusannya untuk menolong orang lain
- ia diberi senjata ajaib dan menikahi bidadari-bidadari tersebut
- tokoh tersebut memakai kostum tarian bali
- di bagian depan terdapat Wijaya Kusuma( kembang kemenangan), bunga mistik yang dipercaya menghidupkan orang yg sudah meninggal
- Rudolf Bonnet merupakan salah satu pendiri gerakan Pita Maha di Bali
- Gerakan ini didesain untuk menyajikan dan menonjolkan keindahan dari kesenian Bali
Sumber :
http://www.baliblog.com/travel-tips/important-people-in-bali-rudolf-bonnet.html
http://www.museumneka.com/Result.asp?keywords2=Rudolf+Bonnet&keywords=painting+title&Submit=Search
http://www.sou.edu/youth/competitions/images/hs_scavenger/image_3.jpg
keterangan:
1. Lukisan di atas bernama bernama Iseh im Morgenlicht.
2. Lukisan ini di buat oleh Walter Spies pada tahun 1938.
3. Dapat kita lihat bahwa lukisan di atas merupakan pemandangan alam sebuah desa di Kampung Iseh, Bali. Terlihat hamparan sawah dan rumah penduduk di desa dengan hijauan alam yang terlihat jelas dalam penggambaran lukisan tersebut.
4. Kekhasan dalam lukisan ini adalah menonjol penggarapan cahayanya, bayang-bayang kabut di pegunungan, yang semakin mengukuhkan jenis penggayaan ini.
5. Pertama kali Walter mengunjungi Bali tahun 1925. Dalam kunjungan singkat itu dia langsung jatuh hati dengan Bali, sehingga pada 1927 dia memutuskan pindah ke Bali. Ketika itu masa-masa sulit bagi “Last paradise” (julukan yang diberikan dunia internasional untuk Bali). Belanda merampas selatan Bali – sebagai hasil politik kompeni 1906-08. Masih segar dalam ingatan peristiwa puputan – bunuh diri masal ratusan dan ribuan orang Bali setelah dikalahkan dalam peperangan. Jadi harus memberikan perlawanan kepada penjajah.
6. Walter tergabung dalam sebuah komunitas koloni bagi para intelek yang tertarik dengan kesenian untuk mencari ketenangan, kedamaian dan sumber inspirasi baru. Walter menjadi pemandu tak resmi bagi seniman, musikus, ahli sinematografi dan antropolog Eropa dan Amerika.
7. Namun aktifitas yang monoton dalam komunitas itu membuat Spies bosan dan di tahun 1937 dia pindah ke kampung Iseh yang terletak di kaki Gunung Agung. Di tempat itu juga pada tahun 1938 Walter membuat lukisannya yang berjudul “Iseh im Morgenlicht 1938” Iseh dalam balutan Matahari pagi 1938.
8. Pada tahun 1940 Walter Spies dipenjarakan Belanda di Jawa. Ia dipindahkan ke Sri Lanka, namun kapal yang membawanya dibom oleh Jepang di sekitar perairan Sumatera. Bersama semua tahanan lain ia meninggal tanggal 18 Januari 1942 di dalam peristiwa tersebut.
9. Dari hal di atas, jelaslah kita mengetahui bahwa lukisan itu merupakan salah satu hasil karya seniman barat ( Walter Spies) di Bali ( lukisan pemandangan alam pedesaan di Kampung Iseh) pada masa kolonial (penjajahan Belanda).
Pak, gimana acc nya?
jawaban acc saya dikirim ke email saya (babe_quet@yahoo.com)
Nama: Melinda A.
Nim: 615070099
Kelas: B
Pak, komen saya di atas tentang TUGAS ke 2 SSRI 2 yaitu salah satu karya seniman Barat di Bali pada masa kolonial.
Terima kasih pak.
Melinda
Tugas 2
Sejarah Seni Rupa Indonesia II
Karya Seniman Barat di Bali masa Kolonial
Lukisan “ Galungan Holiday” karya Arie Smit
Dosen : Mohammad Nanda Widyarta
Disusun oleh :
Yudith Marouw
615060116
Semester V
Kelas B
Universitas Tarumanagara
Jakarta
2008 / 2009
“Galungan Holiday”
Karya Arie Smit
Sumber Gambar: http://www.museumneka.com/ColDetails.asp?keywords2=Arie+Smit&keywords=painting+title&Submit=Search&offset=4&ID=26
• Lukisan ini berjudul “Galungan Holiday”
• Dilukis oleh Arie Smit
• Menggunakan media akrilik diatas kanvas
• Luisan ini berukuran : 92 x 95 cm
• Tahun: 1991
Deskripsi:
• Setiap 210 hari rakyat Bali merayakan syukuran hari raya Galungan, pada saat para leluhur mengunjungi anak cucu keturunannya.
• Panjor (bambu yang dihiasi dengan daun palem dan ornamen) dipasang di kiri-kanan jalan.
• Pakaian yang dikenakan orang-orang adalah yang paling bagus untuk mengunjungi pura dan kunjungan kerumah teman-teman dan kerabat mereka.
• Jenis perayaan ini sangat besar, sebagian besar warna yang ditampilkan menunjukkan warna terang ramai, yang menandai adanya hari besar.
• Warna kuning ditonjolkan di pintu gerbang yang difokuskan untuk menarik perhatian masyarakat.
• Motif seperti ini sudah merupakan ritual hidup yang rutin.
Sumber: http://www.museumneka.com/Result.asp?keywords2=Arie+Smit&keywords=painting+title&Submit=Search&offset=4
buat SEMUANYA yg sudah kirm: ACC.
Tugas 3
Sejarah Seni Rupa Indonesia II
Karya Seniman S. Sudjojono
Lukisan “Tjap Go Meh” karya S. Sudjojono
Dosen : Mohammad Nanda Widyarta
Disusun oleh :
Yudith Marouw
615060116
Semester V
Kelas B
Universitas Tarumanagara
Jakarta
2008 / 2009
“Tjap Go Meh” (1940)
Karya S. Sudjojono (1913 – 1986)
Sumber Gambar:
http://www.galeri-nasional.or.id/Koleksi.php?subaction=showfull&id=1173959649&archive=&start_from=&ucat=12&
Tentang Lukisan S. Sudjojono
• Lukisan ini berjudul “Tjap Go Meh”
• Dilukis oleh S. Sudjojono
• Menggunakan media cat minyak di atas kanvas
• Lukisan ini berukuran : 73 x 51 cm
• Tahun: 1940
• Dalam karya “Tjap Go Meh”, 1940 ini, ekspresi Sudjojono terlihat sedang mengungkapkan emosinya dengan meluap-luap.
• Dalam lukisan karnaval perayaan keagamaan Cina tersebut, selain dihadirkan suasana hiruk pikuk muncul nuansa ironi.
• Ironi itu bisa sebatas pada karnaval yang meluapkan berbagai emosi secara absurd, namun lebih jauh lagi bisa mengandung komentar ketimpangan sosial.
• Hal itu mengingat setting sosial tahun pembuatan karya, adalah pada masa depresi ekonomi, tekanan pemerintah kolonial yang makin keras pada para nasionalis, dan euphoria menjelang kedatangan Jepang.
• Pada latar depan, terlihat seorang wanita dalam tarian dan gandengan seorang bertopeng, diapit oleh seorang ambtenar yang berdasi dan seorang pemusik bertopeng buaya.
• Di sisi lain ada seorang kerdil yang berdiri tegak temangu-mangu, sedangkan di latar belakang berombak masa yang berarak dan menari dalam kegembiraan.
• Walaupun lukisan ini berukuran kecil, namun Sudjojono benar-benar telah mewujudkan kredo jiwo ketoknya dalam melukis.
• Dalam lukisan “Tjap Go Meh” ini terlihat spontanitas yang meluap tinggi.
• Deformasi orang-orang dalam arakan dan warna-warnanya yang kuat, mendukung seluruh ekspresi yang absurd.
• Sudjojono dalam masa Persagi dan masa Jepang berusaha merealisir seni lukis Indonesia baru, seperti yang sangat kuat disuarakan lewat tulisan-tulisan dan karyanya.
• Jiwa semangat itu adalah menolak estetika seni lukis Mooi Indie yang hanya mengungkapkan keindahan dan eksotisme saja.
• Dengan semangat nasionalisme, Sudjojono ingin membawa seni lukis Indonesia pada kesadaran tentang realitas sosial yang dihadapi bangsa dalam penjajahan.
• Di samping itu, dia ingin membawa nafas baru pengungkapan seni lukis yang jujur dan empati yang dalam dari realitas kehidupan lewat ekpresionisme.
• Kedua masalah yang diperjuangkan tersebut, menempatkan Sudjojono sebagai pemberontak estetika “Mooi Indie” yang telah mapan dalam kultur kolonial feodal.
• Lukisan Sudjojono “Tjap Go Meh” ini, merupakan implementasi dari perjuangan estetika yang mengandung moral etik kontekstualime dan nasionalisme.
• Dengan kapasitas kesadaran dan karya-karya yang diperjuangkan, banyak pengamat yang menempatkan Sudjojono sebagai Bapak Seni Lukis Indonesia.
Sumber:
http://209.85.175.104/search?q=cache:Lw6BuyngOp4J:durian19-arts.com/index2.php%3Foption%3Dcom_content%26do_pdf%3D1%26id%3D62+tentang+lukisan+Tjap+Go+Meh,+1940&hl=id&ct=clnk&cd=3&gl=id
http://209.85.175.104/search?q=cache:mAJ7kG3oEHoJ:sucipermatasari.multiply.com/journal/item/74/soedjono+tentang+lukisan+Tjap+Go+Meh,+1940&hl=id&ct=clnk&cd=2&gl=id
http://eminxsgallery.multiply.com/journal/item/144 http://www.TokohIndonesia.com (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
http://www.galeri-nasional.or.id/Koleksi.php?subaction=showfull&id=1173959649&archive=&start_from=&ucat=12&
Buat semua yg sdh asistensi: OK, ACC.
Pak, sy mau ACC tugas 4 SSRI II
satu buah karya Affandi
Lukisan "Pengemis / The Begger (1974)
Keterangan:
1. Lukisan Affandi yang menampilkan sosok pengemis ini merupakan manifestasi pencapaian gaya pribadinya yang kuat
2. Lewat ekpresionisme, ia luluh dengan objek-objeknya bersama dengan empati yang tumbuh lewat proses pengamatan dan pendalaman.
3. Setelah empati itu menjadi energi yang masak, maka terjadilah proses penuangan dalam lukisan seperti luapan gunung menuntaskan gejolak lavanya.
4. Dalam setiap ekspresi, selain garis-garis lukisanya memunculkan energi yang meluap juga merekam penghayatan keharuan dunia bathinnya.
5. Dalam lukisan ini terlihat sesosok tubuh renta pengemis yang duduk menunggu pemberian santunan dari orang yang lewat
6. Penggambaran tubuh renta lewat sulur-sulur garis yang mengalir, menekankan ekspresi penderitaan pengemis itu. Warna coklat hitam yang membangun sosok tubuh, serta aksentuasi warna-warna kuning kehijauan sebagai latar belakang, semakin mempertajam suasana muram yang terbangun dalam ekspresi keseluruhan.
7. Namun dibalik kemuraman itu, vitalitas hidup yang kuat tetap dapat dibaca lewat goresan-goresan yang menggambarkan gerak sebagian figur lain.
8. Dalam konfigurasi objek-objek ini, komposisi yang dinamis. Dinamika itu juga diperkaya dengan goresan spontan dan efek-efek tekstural yang kasar dari plototan tube cat yang menghasilkan kekuatan ekspresi.
9. Pilihan sosok pengemis sebagai objek-objek dalam lukisan tidak lepas dari empatinya pada kehidupan masyarakat bawah.
sumber: http://www.galeri-nasional.or.id/Koleksi.php?subaction=showfull&id=1173960460&archive=&start_from=&ucat=12&
Nama : Melinda A.
NIM : 615070099
Kelas : DI/B
Semester: 3
Gimana Pak??
diterima/ tolak??
Thx pak.
buat semuanya: OK, acc.
Posting Komentar